Bagi wanita yang berisiko tinggi mengidap diabetes, disarankan untuk memeriksa sesekali kondisi tubuh saat pemeriksaan sebelum kelahiran. Bila ternyata divonismenderita diabetes gestational, dokter akan menyarankan untuk berolahraga dan mengubah pola makan. Pada beberapa kasus, dokter juga akan memberikan resep
untuk mengonsumsi insulin.
Kukus semua sayuran jika anda menderita diabetes. Sebab, dengan cara tersebut makanan itu bisa membantu menjaga berat badan dan kadar gula darah. Karena cara makanan tersebut menyehatkan maka cara-cara itu yang harus selalu diperhatikan. Berikut sejumlah tips-tips tentang makanan yang boleh dan tidak bagi pengidap diabetes:
- Konsumsi sayuran segar dan hindari makanan berminyak atau berlemak.
- Kukus sayuran dalam kuah kaldu rendah lemak atau air.
- Bumbui makanan ramuan dengan bumbu tradisional, rempah, cuka, atau jus lemon.
- Gunakan selai rendah gula atau tanpa gula sebagai pengganti mentega atau margarin.
- Konsumsi keju rendah lemak atau bebas lemak atau yoghurt bebas lemak.
- Makan daging ayam atau daging kalkun tanpa kulitnya.
- Konsumsi daging tanpa lemak dengan cara dipanggang atau dibakar.
- Gunakan minyak wijen untuk mengolah makanan, sebagai pengganti minyak sayur.
- Konsumsi roti yang terbuat dari beras utuh dan sereal.
Kuncinya Kendalikan Faktor Risiko
Begitu seseorang divonis menderita diabetes, itu berarti sudah saatnya ada titik balik perubahan gaya hidupnya. Pengendalian faktor risiko merupakan kunci utama. Tanpa perbaikan pola hidup diimbangi dengan pengobatan, berbagai komplikasi penyakit lain akan mengancam.
Menurut survei Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6 persen dari total penduduk. Di atasnya adalah India, China, dan Amerika Serikat.
Diabetes (kencing manis) adalah penyakit di mana tubuh penderitanya tidak bisa mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Jadi penderita mengalami gangguan metabolisme dari distribusi gula oleh tubuh sehingga tubuh tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tidak mampu menggunakan insulin secara efektif. Akibatnya, terjadi kelebihan gula di dalam darah sehingga menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan dalam darah tersebut melimpah ke sistem urine.
Gangguan insulin berakibat pada berlebihannya kadar lemak di pembuluh darah dan berisiko tinggi menimbulkan kecacatan karena bagian tubuh yang luka mudah terinfeksi. Diabetes juga bisa menimbulkan pengerasan pembuluh darah arteri serta memunculkan komplikasi penyakit lain seperti jantung koroner, stroke dan gagal ginjal.
Selama ini dikenal ada dua jenis diabetes dengan perbedaan menyolok, yakni diabetes tipe I yang tergantung sepenuhnya pada insulin, dan diabetes tipe II yang masih bisa dibantu dengan obat-obatan lain.
Tipe II mencakup 90 persen dari seluruh kasus diabetes dan umumnya penderita kelebihan berat badan (obesitas).
Penderita diabetes tipe I mengalami gejala antara lain, sering buang air kecil, terus lapar dan haus, berat badan turun, kelelahan, penglihatan kabur, infeksi pada kulit yang berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni. Diabetes jenis ini cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun.
Gejala ini mirip dengan tahap awal diabetes tipe II yang biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun. Tetapi kini prevalensinya makin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.
Menurut, Kepala pusat Diabetes dan Nutrisi RSU dr Soetomo, Prof Dr dr Askandar Tjokroprawiro SpPD-KEMD RSU dr Soetomo, biasanya penderita tidak menyadari datangnya ancaman penyakit itu saat mengalami gejala pre-diabetes, yakni kondisi pendahuluan dari munculnya diabetes tipe II.
Hal ini lantaran penderita belum mengalami gejala fisik diabetes, tetapi kadar gula darah puasa dalam tubuhnya sudah di atas normal. ”Maka, kita perlu mewaspadai gejala lain yang khas dijumpai pada penderita diabetes, yakni air seni penderita akan dikerubungi semut jika glukosa darah sudah tumbuh ke saluran urine,”kata Prof Askandar.
Gejala lain yang timbul pada penderita, lanjut dia, penglihatan kabur hingga mengakibatkan kebutaan, luka yang lama sembuh, kaki terasa kebas, geli atau merasa
terbakar, infeksi jamur pada saluran reproduksi perempuan, dan impotensi pada pria.
Jika gejala diabetes itu tidak cepat diatasi, kemungkinan gangguan fisik yang diderita pasien akan makin parah. Dengan munculnya gejala itu, penyakit ini sebenarnya sudah berada pada stadium lanjut. Karena diabetes sudah berkembang sejak lama (sekitar 12
Tahun), sebelum sempat menunjukkan gejala-gejala yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium.
Menurut catatan WHO, diperkirakan lebih dari 50 persen pengidap diabetes tipe II tidak terdiagnosis. Mereka umumnya baru ketahuan saat berobat untuk penyakit lain. Ini mengakibatkan komplikasi diabetes serius yang antara lain ditandai hilangnya kesadaran, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, gangguan ketajaman penglihatan sampai buta, kerusakan jaringan (gangren) sehingga harus diamputasi agar tidak menjalar ke jaringan lain
0 comments:
Posting Komentar